• Home
  • Article
  • News
  • Review
  • Tips
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Tekno Dab

Saat ini sudah jarang brand-brand android yang mengeluarkan lini tablet. Kalau saya perhatikan, bisa dibilang hanya ada dua brand yang masih cukup rajin mengeluarkan lini tablet dan menurut saya masih layak untuk dipertimbangkan, keduanya yaitu Samsung dan Xiaomi. Pada kesempatan kali ini saya akan mereview lini tablet terbaru dari Xiaomi, yaitu Xiaomi Mi Pad 4. Tablet dengan layar 8 inch, processor Snapdragon 660, RAM 4 GB dan internal storage 64GB ini dijual dikisaran 3 sampai dengan 3,2 juta untuk yang versi LTE di beberapa marketplace atau onlineshop. Sementara yang versi wifi only biasanya dijual lebih murah. Ohya, sebagai informasi saja, Mi Pad 4 ini belum (mungkin tidak) dijual resmi di Indonesia ya. Jadi yang akan kita temui di beberapa marketplace kebanyakan bergaransi distributor.

Unit yang akan saya review kali ini adalah Mi Pad 4 versi LTE bergaransi distributor. Kesan saya ketika pertama kali menggunakan tablet ini adalah RIBET, terlebih lagi unit yang saya dapatkan ini menggunakan ROM MIUI abal-abal. Bagaimana ribetnya? Sudah saya jelaskan di dua postingan saya sebelumnya (di sini dan di sini). Namun, apabila mengesampingkan keribetan di awal pemakaian, menurut saya Mi Pad 4 ini adalah sebuat tablet yang VALUE DEAL banget. 

Kita mulai dari desainnya terlebih dahulu, desain dari Mi Pad 4 ini menurut saya cukup cantik dan clean, membawa layar 8 inch dengan bezel yang tidak terlalu tebal dan sudut-sudut layar yang melengkung membuatnya terlihat kekinian. Bahan backcover-nya terbuat dari bahan metal dengan sedikit bagian yang terbuat dari policarbonate di bagian atas yang berfungsi sebagai antena. Desainnya juga terlihat bersih karena Xiaomi hanya menyematkan logo Mi di bagian belakang dengan ukuran yang cukup kecil.


Tak hanya rupawan casing luarnya saja, "jeroan" Mi Pad 4 ini juga menawan. Dan saya rasa Mi Pad 4 ini merupakan tablet Android dengan spesifikasi terbaik di range harganya. Bagaimana tidak, tablet yang dibanderol tiga jutaan (versi LTE) ini membawa processor Snapdragon 660, GPU Adreno 512, RAM 4GB dan penyimpanan internal 64GB. Dengan spesifikasi yang dibawanya, Mi Pad 4 memperoleh skor Antutu yang cukup besar, yaitu di angka 135.857. Performanya cukup gegas, untuk eperluan buka tutup aplikasi hampir tidak ada lag sama sekali. Kalo cuma untuk keperluan buka-buka social media, nonton video di youtube, atau pekerjaan-pekerjaan ringan seperti office mah pokoke MANTEP tenan lah. Kalo performa gamingnya gimana?
  
  
Untuk performa gaming sih menurut saya masih di atas rata-rata lah untuk standar midrange. Untuk game PUBG, setting maksimal yang didapat adalah Graphic "HD" dan Frame Rate "High". Di setting tersebut, game bisa dimainkan tanpa ada penurunan frame rate (ini yang saya rasakan ya). Untuk game Honkai Impact 3, bisa saja di setting rata kanan semua, namun akan ada beberapa kali frame drop saat dimainkan. Yang menurut saya paling nyaman sih, berkompromi dengan graphicnya, jadi setting video yang dipakai adalah "Mid", FPS tetap 60fps dan setting lainnya tetap ON dan centang. Memang sih grafiknya nggak halus, namun permainan mulus tanpa frame drop. Di game sejuta umat Mobile Legend, setting rata kanan mulus tanpa lag. Di game Contra dan Pro Evolution Soccer juga mulus tanpa lag saat dimainkan. Hanya saja pas main Contra, grafisnya agak stretching vertikal. Mungkin karena rasio layar Mi Pad 4 yang 16:10 dan memang faktor gamenya juga yang gak bisa menyesuaikan atau belum support rasio tersebut. Untuk performa game lebih jelas, bisa tonton video di youtube Tekno Dab.

User Interface yang dibawa Mi Pad ini ya khasnya Xiaomi, apalagi kalo bukan MIUI. Dan menurut saya MIUI ini bagus kok, user interface ke 4 terbaik dari list saya setelah Oxygen OS, Stock Android, dan One UI. Apalagi di MIUI 10 ini sekarang tampilannya lebih clean dan fresh, serta pengoperasiannya yang cukup memudahkan. Hanya saja setting di MIUI ini masih terlalu membingungkan buat saya, masih terlalu banyak kategori dan tidak adanya fitur search di setting membuat saya sedikit kebingungan ketika mencari setting yang diinginkan. Semoga ke depannya ada fitur search di bagian setting untuk memudahkan pencarian settingan. Atau sebenarnya fitur itu ada, hanya saja saya yang gak bisa menemukannya. Ohya, MIUI 10 di Mi Pad 4 ini masih berbasis Android Oreo 8.1.0, belum Android 9.0 Pie.
    
Sensor yang dibawa Mi Pad 4 ini tergolong cukup lengkap untuk ukuran tablet, hanya minus Proximity Sensor, Pressure Sensor dan Temperature sensor. Sensor sidik jari juga absen di Mi Pad 4 ini, sebagai penggantinya Xiaomi menyematkan fitur face unlock untuk memudahkan masuk ke perangkat tanpa perlu memasukkan pin ataupun pattern. Fitur face unlocknya juga bekerja dengan baik di kondisi cahaya cukup maupun minim. Melenceng dari sensor, saya ingin sedikit info tentang speakernya, Mi Pad 4 ini membawa speaker stereo yang menurut saya suaranya lumayan bagus untuk ukuran tablet murah, namun sayangnya kedua speakernya ini diletakkan di bagian bawah semuanya. Jadi efek stereonya jadi agak gimana gitu, kayak ada yang kurang.
  
Masuk ke sektor baterai, baterai yang dibawa oleh Mi Pad 4 tergolong besar untuk tablet ukuran 8 inch dengan banderol harga 3 jutaan, yaitu 6000mAh. Baterai tersebut sudah cukup badak untuk memenuhi kegiatan entertainment ataupun pekerjaan ringan seharian. Saya coba tes baterai dari Mi Pad 4 ini menggunakan PC Mark dan hasilnya Mi Pad 4 ini tembus 11 jam 24 menit. Ya sesuailah dengan ukuran baterainya. Sementara waktu pengisian daya baterai 6000mAh-nya ini cukup lama karena tidak support quick charge, hanya fast charge 10watt saja. Jadi, biasanya saya kalo ngecas malam hari pas mau ditinggal tidur. 

Kameranya gimana? Kalo buat saya sih, kamera di tablet itu gak terlalu penting sih, paling buat keperluan video call aja kalo saya. Kalo yang ingin tau kualitas kameranya seperti apa, bisa mampir ke sini untuk ngecek sendiri kualitasnya.  Di album itu sudah saya share hasil foto dan video menggunakan kamera dari Mi Pad 4 ini.

Nah, MUANTEP to ini Mi Pad 4 nya? Lha terus kekurangannya apa dong? Agak susah sih memang nyari kurangnya di tablet ini, kalo cuman mau nyari-nyari sih buanyak. Tapi dengan harga segitu dibandingkan dengan spesifikasi yang diberikan, akan banyak "maklum maklum" yang bermunculan. Ya maklumin aja, wong udah dikasih murah kok masih minta lebih. Tapi menurut saya, setidaknya ada 3 kekurangan yang menjadi deal breaker untuk memilih tablet ini (khususnya yang versi LTE). Pertama, keribetan di awal pemakaian, apalagi kalau dapat yang ROMnya abal-abal. Kedua, belum atau tidak ada ROM versi globalnya, dan ini juga relate ke kekurangan yang pertama. Ketiga, yang versi LTE ini networknya hanya LTE saja, gak bisa buat nelpon atau sekedar ngecek pulsa, jadi mendingan ambil yang Wi-fi only saja kalo menurut saya.

Kesimpulannya? Kalau menurut saya, bagi yang mencari tablet android yang bukan hanya untuk keperluan multimedia atau main sosmed saja, tapi untuk memenuhi hasrat ngegame juga, Mi Pad 4 ini sepertinya cocok untuk Anda. Tapi Anda harus melewati fase-fase ruwet dan ribet dulu ya sebelum menikmati kenyamanan menggunakan tablet ini. Ya mosok udah dikasih murah masih minta gampang, usaha dikit lah, haha. Tapi perlu diingat juga kalo device ini tidak resmi masuk ke Indonesia ya, jadi saya juga tidak menyarankan untuk membeli Mi Pad 4 ini. Kalo temen-temen mau beli ya monggo saja, gak ada yang larang juga, wong duit juga duit situ bukan duit saya ini. Beli atau tidak? Tentukan pilihan Anda.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebenarnya smartphone ini sudah menyita perhatian saya sejak pertama kali smartphone diluncurkan, khususnya untuk yang versi pro. Namun sayang, untuk yang versi pro sendiri harganya belum terjangkau oleh dompet saya. Hingga akhirnya sang adiknya, Zuk Z2 pun diluncurkan. Smartphone dengan processor Snapdragon 820, RAM 4GB, dan ROM 64GB termurah yang saya temui di pasaran. Tapi hal tersebut juga tidak serta merta membuat saya langsung membelinya, saya menunggu dulu hingga harganya bersahabat dengan kantong saya. Dan akhirnya saya mendapatkan harga $189,9 saja atau sekitar 2,5 jutaan untuk menebus smartphone ber-processor Snapdragon 820 ini. Yah meskipun harga yang murah tersebut harus ditebus dengan waktu menunggu yang cukup lama, tapi itu tidak masalah. Apalagi saya hanya mengeluarkan uang $189,9 saja tanpa membayar pajak lagi, mungkin pihak Bea dan Cukainya sedang sibuk di akhir tahun. Langsung saja mari kita ke review dari Zuk Z2 ini.

Pertama kali memegang smartphone ini membuat saya jadi teringat pada dua smartphone yang sebelumnya pernah saya coba, yaitu Oneplus X dan ZTE Blade S7. Hanya saja feels ketika memegang Zuk Z2 ini sedikit lebih nyaman dibandingkan ZTE Blade S7 yang mempunyai sudut tajam di sisi-sisinya, tetapi masih kalah nyaman dibandingkan Oneplus X. Yang sama dari desain ketiganya yaitu balutan kaca yang menutupi bagian depan dan belakangnya. Bahan kaca ini tentu membuatnya tampil menawan namun sedikit licin ketika dipegang. Meskipun rawan terjatuh, jangan khawatir, pihak ZUK mengklaim kaca ZUK Z2 ini sudah memiliki perlindungan Corning Gorilla Glass 4. Gorilla Glass 4-nya seharusnya juga membuatnya aman dari goresan benda-benda yang biasa ada di saku kita seperti kunci atau uang logam. Selain itu ZUK Z2 ini tampil sederhana dengan balutan warna hitam di seluruh bodinya, hanya logo ZUK saja yang sedikit stand out dengan balutan warna silver untuk menunjukkan identitasnya. Dan entah kenapa saya selalu suka dengan garis desain seperti ini, seperti saya menyukai desain Nexus 5X yang juga tampil kalem dengan balutan warna hitamnya.

 

 

 


Tetapi siapa sangka, dibalik kesederhanaannya itu tersembunyi sebuah potensi yang cukup besar. Tidak tanggung-tanggung, meski hanya dibanderol sekitar $185 - $200, Zuk Z2 diotaki oleh processor "flagship" tahun 2016, yaitu Qualcomm Snapdragon 820. Smartphone termurah dengan processor Snapdragon 820 yang saya temui di pasaran dibandingkan dengan smartphone lain dengan spesifikasi yang setara.

Potensi selanjutnya dari Zuk Z2 ini bernama U-Touch. Tombol home pintar yang tersemat di bagian bawah depan smartphone ini yang memiliki berbagai fungsi. Selain berfungsi sebagai fingerprint scanner, tombol home dan back seperti mTouchnya Meizu, tombol tersebut memiliki fungsi yang lain, seperti “slide left or right” untuk berpindah aplikasi yang ada pada histori aplikasi. Selanjutnya ada "press home twice”, “long press home”, dan “long touch home” yang fungsinya dapat dikustomisasi sesuai kehendak kita seperti untuk menampilkan histori aplikasi, mematikan layar, membuka bilah notifikasi, bahkan untuk membuka salah satu aplikasi yang kita inginkan.

 

Selanjutnya masuk ke User Interface, Zuk Z2 ini membawa UI besutan Zuk sendiri bernama ZUI, tidak seperti kakaknya Zuk Z1 yang menggandeng CyanogenMod. ZUI ini menurut saya adalah UI yang simple dan intuitif. Sebagaimana UI-UI smartphone besutan Tiongkok, ZUI tampil tanpa App Drawer. Semua shortcut aplikasi ditampilkan di homescreen. Kemudian ketika kita melakukan swipe ke bawah pada status bar, yang muncul hanyalah bilah notifikasi saja, sedangkan untuk menampilkan toggles quick setting seperti untuk menghidupkan wifi, bluetooth, dll, dilakukan dengan melakukan swipe ke atas dari bawah layar. ZUI juga membawa aplikasi bernama U-Health yang bisa kita akses di bagian paling kiri homescreen. Aplikasi ini dapat menghitung jumlah langkah kita, bahkan bisa untuk menghitung detak jantung kita. Meskipun hasil penghitungannya mungkin tidak seakurat wearable devices seperti smartwatch atau smartband karena untuk menghitung detak jantung hanya menggunakan kamera, bukan sensor sensor detak jantung.

 

Namun, ada satu catatan penting yang perlu diperhatikan bagi pengguna awam yang ingin meminang smartphone ini. Hal tersebut adalah Zuk Z2 datang dengan ROM abal-abal, kecuali jika kita membeli dari website Zuknya langsung. Dan ROM abal-abal ini kabarnya ditungganggi malware yang cukup berbahaya, sehingga setelah menerima Zuk Z2 ini sebaiknya langsung di-flash menggunakan ROM aslinya. Tutorial flashing-nya bisa dilihat di forum zukfans.eu atau klik link ini.

Spesifikasi lain dari smartphone ini adalah ZUK Z2 membawa layar seluas 5 inch dengan resolusi Full HD 1920x1080. Warnanya yang dihasilkan oleh layarnya cenderung natural, tetapi kita bisa mengubahnya di pengaturan jika dirasa tone warna yang dihasilkan tidak sesuai selera. Kemudian Zuk Z2 ini juga mendukung semua jaringan di Indonesia, bahkan terdapat dukungan CDMA. Selain itu, seperti pada Asus Zenfone 3, ketika salah satu Sim Card beroperasi pada jaringan 4G, satu Sim Card lainnya dapat beroperasi pada jaringan 3G, tidak hanya 2G saja. Apa keuntungannya? temen-temen bisa dibaca di blog om Herry SW di Ponselmu.com

Selanjutnya, dengan spesifikasi kelas flagship, yaitu processor Snapdragon 820, GPU Adreno 530, RAM 4GB dan ROM 64GB, performa Zuk Z2 sudah tidak diragukan lagi. Buka tutup aplikasi, berpindah antar aplikasi, multitasking. Semua dilakukan tanpa ada gangguan yang berarti, smooth bianget. Untuk bermain game mulai dari game ringan sampai game berat sekalipun, semuaya dibabat habis.  Hanya saja, setelah digunakan untuk bermain game beberapa menit atau jika ada penggunaan data yang cukup intens, bagian belakang Zuk Z2 ini akan terasa hangat, meskipun masih dalam batas wajar.

 

 

Lanjut ke sensor, sensor yang disematkan ke dalam ZUK Z2 ini bisa dibilang cukup lengkap, hanya minus temperature dan pressure sensor. Untuk sensor sidik jarinya sendiri bisa dibilang lumayan cepat dan akurat. Ohya, sensor sidik jari ZUK Z2 ini always on, jadi tinggal ditowel saja sudah aktif. Tidak perlu menekan tombolnya terlebih dahulu untuk menghidupkan layar seperti kebanyakan smartphone dengan sensor sidik jari di depan.

 

 

Masuk ke sektor baterai, baterai 3500mAh yang dibawanya memiliki daya tahan yang baik. Dengan pemakaian ala saya yang cukup intens membuka media sosial, browsing, dan nonton video di youtube, baterai Zuk Z2 bisa bertahan lebih dari 24 jam dengan screen on time sekitar 4-5 jam. Pengisian baterainya juga tergolong cepat, dari 10% ke 100% hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam.

 

Terakhir adalah kamera, Zuk Z2 dibekali kamera belakang 13MP. Hasil dari kameranya sudah cukup bagus untuk kondisi pencahayaan yang melimpah. Tapi semuanya berubah ketika cahaya mulai berkurang, di kondisi lowlights kita akan menemukan banyak sekali noise yang muncul di hasil foto. Hal ini mungkin dikarenakan boost ISO yang sepertinya terlalu tinggi untuk mendapatkan hasil gambar yang terang pada kondisi kekurangan cahaya. Ketiadaan mode manual juga membuat satu-satunya cara untuk mengurangi sedikit noise yang muncul adalah dengan mengaktifkan mode HDR. Untuk kamera depannya sudah cukuplah untuk sekedar selfie dan share ke media sosial. Selanjutnya, Zuk mengklaim bahwa kamera ZUK Z2 mampu merekam video slowmotion 920fps, namun sepertinya hal tersebut hanya gimmick saja, karena hasil videonya menurut saya masih jauh dari harapan. Semoga ke depan ada update software dari pihak ZUK untuk memperbaiki performa kamera. Untuk hasil kamera dan video temen-temen bisa melihat video reviewnya yang saya upload di channel youtube saya. 

Berikut ini adalah rangkuman plus dan minus dari ZUK Z2 ini.

Kelebihan :
1. Harga yang paling murah dibandingkan para pesaingnya yang memiliki spesifikasi yang setara.
2. Spesifikasi kelas flagship membuat performa multitasking dan gamingnya sangat mumpuni.
3. Fitur U-Touch yang memiliki fungsi beragam.
4. Sensor fingerprint yang tinggal disentuh saja, tidak perlu menekannya terlebih dahulu.
5. Daya tahan baterai yang cukup baik.
6. Sim kedua bisa menggunakan jaringan 3G meskipun tidak dijadikan sebagai sim utama.

Kelemahan :
1. Datang dengan ROM abal-abal sehingga harus mengerti dan paham tentang flashing.
2. Performa kamera yang biasa saja untuk ukuran spesifikasi flagship, sangat lemah di lowlight dan klaim slowmotion 960fps nya hanya gimmick.
3. Bahan kacanya yang licin dan mudah meninggalkan bekas sidik jari,
4. Body perangkat yang lumayan tebal.
5. Belum tersedia ROM global untuk ZUI.

Kesimpulan :
Dengan hadirnya ROM abal-abal, hal ini membuat Zuk Z2 tidak cocok bagi temen-temen yang ingin membeli smartphone yang tinggal pakai. Kemudian yang kedua, apakah temen-temen sangat mementingkan performa kamera? Jika iya, maka Zuk Z2 sepertinya bukan pilihan yang tepat, karena performa kamera Zuk Z2 biasa saja, bahkan cenderung sangat lemah pada kondisi lowlight. Tapi selain dua faktor tersebut, saya rasa Zuk Z2 sangat layak untuk dimiliki. Apalagi bagi temen-temen yang menginginkan smartphone dengan performa multitasking dan gaming yang sangat mumpuni dengan harga yang murah. Nilai yang diberikan Zuk Z2 menurut saya sudah melebihi dari apa yang kita bayarkan. Kalo kata orang Kulon Progo, worth every penny lah pokoke. Dan saya rasa Zuk Z2 ini masih bisa bertahan hingga 1-2 tahun ke depan seperti smartphone dengan processor Snapdragon 801 yang masih cukup mumpuni sampai saat ini. Tapi ini perasaan saya saja loh ya, bisa saja salah.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Nexus device menawarkan sebuah ekosistem serta keterjaminan update software yang langsung di pasok oleh Google. Tetapi semenjak kemunculan Google Pixel, sepertinya brand Nexus sendiri akan mulai diredupkan oleh pendirinya. Meskipun mungkin tidak secara langsung setelah kemunculan Google Pixel, karena memang Google masih memiliki hutang yang harus diselesaikan dengan brand Nexus, setidaknya sampai tahun depan ketika layanan purna jual untuk Nexus device berakhir. Selain itu, apabila sekarang kita membuka laman Google Store, jajaran Nexus device sudah tidak dipajang lagi website tersebut. Lantas, apakah hal tersebut membuat Google Nexus 5X ini tidak layak lagi untuk dimiliki? Kali ini saya akan mencoba membuat ulasan untuk salah satu Nexus device, yaitu Nexus 5X yang dibuat oleh LG.

Unboxing
Untuk proses buka kotak dan impresi pertama saya mengenai Nexus 5X ini sudah saya abadikan dalam sebuah video yang saya unggah di channel youtube saya. Silakan mampir ke channel saya bagi yang ingin melihat proses buka kotaknya.


Dus dari Nexus 5X ini cukup unik menurut saya. Dusnya berwarna putih dan pada bagian depan terdapat logo X serta tulisan Nexus 5X. Isi dusnya sendiri cukup lengkap, ada device Nexus 5X, panduan singkat berbentuk card yang unik, kartu garansi, sim card ejector, kepala charger dengan output 5V 3A dan kabel data. Yang menjadi catatan buat saya adalah kepala charger dan kabel data yang disertakan ke dalam paket penjualannya, karena kepala chargernya memiliki port USB Type-C dan kabel datanya pun juga USB Type-C ke USB Type-C. Hal ini tentunya akan sedikit merepotkan untuk mencari penggantinya ketika kepala charger atau kabel datanya mengalami kerusakan. Dan untuk bisa menghubungkannya ke PC atau Notebook, kita memerlukan kabel tambahan yang bertipe USB Type-A ke USB Type-C yang harus dibeli secara terpisah. Ohya, unit yang saya dapat ini adalah versi Amerika Serikat dengan kode LGH790 yang hanya support LTE di Indonesia di frekuensi 1800MHz saja.

Dus Nexus 5X
Isi Kotak
Tipe Nexus 5X
Bodi Nexus 5X
Kepala Charger dan Kabel Data
Langsung ke ulasan dari Nexus 5X ini. Pertama, kita ngomongin desainnya. Nexus 5X ini dibalut dengan bahan full plastik atau polycarbonat dengan finishing doff, mulai dari frame sampe bagian belakangnya. Meskipun berbahan plastik, tetapi bodi Nexus 5x ini cukup solid. Bobotnya cukup ringan dan finishing doffnya membuatnya nyaman di genggaman tangan dan tidak meninggalkan sidik jari ketika digunakan. Meskipun saya menyukai desain dari Nexus 5X ini, tapi ada beberapa aspek yang kurang saya sukai yaitu, peletakan tombol power di atas tombol volume yang membuat aksesnya agak susah, modul kameranya yang kayak bisul mau pecah dan bahan doffnya yang mudah sekali meninggalkan bekas goresan yang tidak bisa hilang. Letak speaker yang ada di bagian depan membuatnya terlihat seolah-olah memiliki dua speaker stereo, yaitu di bagian atas dan bawah layar. Tapi sayangnya lubang di atas layar murni hanya earpiece, sedangkan speakernya hanya yang berada dibagian bawah layar. Overall untuk sisi desain dari Nexus 5X ini saya bisa bilang cukup bagus, nyaman untuk digunakan tapi tak ada kesan mewah. Tapi entah kenapa, saya sepertinya jatuh cinta dengan desain dari Nexus 5X ini pada saat pertama kali saya melihatnya.

Bagian Belakang
Samping Kanan - Tombol Power dan Volume Rocker
Bagian Bawah - Port USB Type-C, Microfon, dan Jack Audio
Bagian Kiri - Slot Simcard - Atas Kosong
Letak Speaker
Layarnya sendiri memiliki dimensi 5,2 inch bertipe IPS dengan resolusi Full HD 1080p. Reproduksi warna yang dihasilkan bisa dikatakan cukup baik. Warna yang ditampilkan cenderung natural. Selain itu layar dari Nexus 5X ini sudah dilindungi oleh teknologi Corning Gorilla Glass 3 yang membuatnya aman dari goresan benda-benda tajam dan Oleophobic Coating yang membuat layarnya sangat mudah (licin) untuk dioperasikan.

Selanjutnya masuk ke bagian software, ketika pertama kali Nexus 5X ini saya terima, versi Androidnya saat itu masih versi 6.0 atau Android Marshmallow. Namun tak selang beberapa lama akhirnya muncul notifikasi update ke Android Nougat 7.0 dan tak lama kemudian Google merilis Android versi 7.1 Developer yang membawa beberapa fitur dari Google Pixel ke Nexus Device. Beberapa fitur yang dibawa diantaranya adalah app shortcut yang memiliki fungsi layaknya 3D touch pada device Apple, tab support di menu pengaturan yang berfungsi untuk chatting dengan Customer Service Google apabila temen-temen berdomisili di Amerika, dan yang pasti, akhirnya opsi yang sudah direquest cukup lama oleh para pengguna dimunculkan, yaitu opsi Restart yang memang sebelumnya tidak pernah ada di device Nexus. Selain itu ada beberapa perubahan kecil untuk meningkatkan kenyamanan user experience. Lengkapnya bisa cek di artikel saya sebelumnya.

Semua devices Nexus pasti membawa tampilan Vanilla UI atau Stock Android yang minimalis, ringan dan pastinya bebas bloatware. Kecuali kalo teman-temen menganggap aplikasi-aplikasi Google itu adalah bloatware. UI yang ringan itu dipadukan dengan hardware yang tidak bisa dibilang ketinggalan jaman untuk HP keluaran tahun 2015. Ada processor Hexacore Qualcomm Snapdragon 808, GPU Adreno 418 dan RAM 2 GB membuat performa device ini sangat lancar. Hampir tidak ada lag yang saya temukan ketika saya memakai device ini. Baik itu navigasi antar menu, buka tutup aplikasi, berpindah-pindah aplikasi, scroll web page di browser, dan lain-lain semuanya berjalan lancar tanpa hambatan. Tapi dengan RAM 2GB, tak bisa dipungkiri kalo Nexus 5X ini sudah mulai agak keteteran untuk urusan multitasking. Performa gamingnya bisa dibilang baik, mulai dari game ringan sampe game berat bisa dijalankan dengan baik, meskipun untuk game dengan grafis tinggi beberapa kali terasa ada frame drop.

  

Sebagai HP kekinian, tak lupa Google menyematkan pemindai sidik jari, konektor USB type C dan sensor-sensor yang lengkap sebagai jaminan masa depan. Fingerprintnya sendiri lumayan cepat, meskipun bukan yang tercepat. Keakuratannya juga sangat baik dan sudah mendukung pemindaian 360 derajat. Untuk urusan multimedia, saya rasa Nexus 5X ini memiliki kualitas yang biasa-biasa saja. Speaker Nexus 5X berada di bawah layar pada bagian depan, hanya saja belum stereo. Seandainya sudah stereo di atas dan di bawah layar pasti akan lebih baik lagi. Keluaran suaranya menurut saya bagus, kencang tapi tidak cempreng dan pecah saat posisi volume maksimal. Jack audio 3,5mm nya berada di bagian bawah. Tapi saya menemukan sedikit keanehan di jack audio ini, ketika saya colokan earphone Xiaomi Mi Piston 2, earphone tersebut tidak dikenali oleh devices ini. Mungkin tidak kompatibel saya juga kurang mengerti.

Beralih ke penyimpanan, Nexus 5X memberikan dua pilihan penyimpanan, yaitu 16GB dan 32GB dan tidak disertakan slot micro sd. Sehingga saran saya lebih baik ambil yang versi 32GB kalua memang ada dana lebih. Dan satu lagi, Nexus 5X hanya mendukung satu SIM saja. Jadi bagi temen-temen yang butuh dual sim ato membutuhkan tambahan penyimpanan, Nexus 5X ini mungkin bukan merupakan pilihan yang tepat.

Semua spesifikasi di atas ditopang oleh baterai sebesar 2700mAh. Daya tahan baterainya saya rasa biasa saja, tidak bagus namun juga tidak buruk. Nexus 5X bisa bertahan seharian selama 14-16 jam dengan pemakaian ala saya, yaitu intensif social media, browsing, dan sesekali nonton video di youtube. Screen on time yang saya dapatkan biasanya sekitar 4 sampaai 4 setengah jam jika pemakaiannya cukup intens. Tapi LG membekali Nexus 5X ini dengan dengan dukungan fast charging, sehingga membuat waktu pengisian baterainya tergolong sangat cepat, dari di bawah 5% sampe full hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam kurang menggunakan charger bawaannya yang memiliki output voltase 5V dan 3 Ampere.

 

Informasi Hardware dan Sensor :
   
 


Masuk ke bagian kamera, Nexus 5X dipersenjatai kamera belakang beresolusi 12,3MP dan 5MP untuk kamera depan. Fokusnya sendiri menurut saya lumayan cepat berkat hadirnya teknologi Laser Auto Focus. Kamera Nexus 5X ini juga mendukung pengambilan gambar dengan format RAW untuk keleluasaan dalam melakukan pengeditan foto, tapi untuk mengaktifkan fitur ini harus menggunakan aplikasi pihak ketiga. Selain itu, kamera belakangnya juga mendukung Elektronik Image Stabilizer untuk memberikan hasil perekaman video yang lebih baik, tapi sayangnya fitur ini tidak secara default aktif dan membutuhkan akses root untuk mengaktifkannya. Bagi saya yang gak terlalu ahli di bidang foto memfoto ini, menurut saya hasil foto yang dihasilkan dari kamera Nexus 5X ini sudah bagus, meskipun untuk kondisi lowlight menurut saya noisenya lumayan banyak, namun hal ini dapat sedikit diatasi dengan mengaktifkan mode HDR. Hasil kamera dari Nexus 5X ini dapat dilihat di link berikut.

Kesimpulan
Kesimpulan untuk HP ini, performa yang baik dengan tampilan stock android serta jaminan OS terbaru dari Google, setidaknya sampai Oktober 2017. Setelah itu apakah akan ada update OS lagi? Hal tersebut sangat tergantung dari kebijakan Google, kita lihat saja nanti. Tapi sekalipun jika Google nantinya tidak memberikan upgrade versi Android lagi untuk Nexus device setelah 2017, banyak developer-developer yang mensupport sebagian besar Nexus Device ini, seperti Cyanogen, ParanoidAndroid, dan masih banyak lagi. Jadi, menurut saya meskipun Google Pixel sudah muncul, Nexus 5X ini masih sangat layak untuk dimiliki. Namun, bagi temen-temen yang menginginkan smartphone yang memiliki dukungan dual sim dan penyimpanan tambahan, sepertinya Nexus 5X ini bukan pilihan yang tepat.

Dan akhirnya saya menjadikan Nexus 5X ini sebagai daily driver saya. Saya sudah menggunakan device ini selama hampir 3 bulan dan saya sangat puas menggunakannya. Selama pemakaian, saya juga belum menemukan hal yang sangat menganggu. Posisi OS terakhir saat ini pada device Nexus 5X ini adalah Android Nougat 7.1.1.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Older Posts

About me

About Me

Gadget Enthusiast yang selalu senang mencoba hal-hal baru yang berbau teknologi dan selalu ingin sharing pengalaman mencoba hal-hal baru tersebut, namun ada sedikit kendala yang menghambatnya, yaitu MALAS :D

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Popular Posts

  • Pengalaman Membeli HP dari Luar Negeri (Aliexpress) – Part 2 (Update 2019)
  • Pengalaman Membeli HP dari Luar Negeri (Aliexpress) – Part 1
  • [Review] Meizu M3S : Kolaborasi Yang Pas

Categories

  • Article (1)
  • News (2)
  • Review (6)
  • Tips (7)

Blog Archive

  • April 2019 (1)
  • March 2019 (3)
  • February 2017 (1)
  • December 2016 (1)
  • November 2016 (2)
  • October 2016 (1)
  • August 2016 (8)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates | Used by TeknoDAB