• Home
  • Article
  • News
  • Review
  • Tips
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Tekno Dab


Setelah selesai install ROM China dan Google Installer di Xiaomi Mi Pad 4, ternyata masih ada beberapa permasalahan yang masih harus dibereskan (ribet amat yak ini Mi Pad 4). Tercatat (setidaknya di Mi Pad 4 saya) ada 3 permasalahan yang muncul, yaitu :

  1. Tidak bisa install aplikasi yang berukuran besar dari Google Play Store. Saya tidak tahu tresshold-nya berapa, tapi yang saya alami kemarin itu waktu mau install PUBG dari Play Store. Kuota 3GB terbuang sia-sia, sudah selesai download namun gagal pas diinstall. Setelah penyelidikan kecil-kecilan, sepertinya yang gagal download ini adalah aplikasi-aplikasi yang saat diinstal membutuhkan akses untuk menulis file di Internal Storage.
  2. Kontak dari Google tidak mau tersinkronisasi dan tidak muncul di menu sinkronisasi akun Google.
  3. Event-event di kalender dari Google tidak mau tersinkronisasi dan tidak muncul di menu sinkronisasi akun Google.
Nah, untuk mengatasi ketiga permasalahan tersebut, saya harus ke mbah google dulu buat nyari solusi permasalahan-permasalahan tersebut, semua permasalahan tersebut ada di forum en.miui.com, namun masih terpisah-pisah untuk tiap permasalahan dan masih dalam bentuk thread. Saya di sini mencoba membuat tutorial untuk mengatasi ketiga permasalahan tersebut yang terinspirasi dari thread-thread di forum tersebut. Tutorial yang saya share di sini adalah yang sudah saya lakukan di Mi Pad 4 saya dan alhamdulillah berhasil. Akan ada kemungkinan problem di Mi Pad 4 temen-temen sedikit berbeda akar permasalahannya dan membutuhkan penanganan yang berbeda juga. Saya buat tutorial ini dalam bentuk gambar. Yuk langsung saja.

1. Tidak bisa install aplikasi berukuran besar dari Google Play Store





2. Kontak dari Google tidak mau tersinkronisasi






3. Kalender dari Google tidak mau tersinkronisasi





Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Mungkin teman-teman ada yang beli Mi Pad 4 garansi distributor dan mendapatkan ROM yang terinstall di Mi Padnya adalah ROM abal-abal. Bagaimana cara ngeceknya? Beberapa yang saya alami adalah menu MUI version di setting tidak bereaksi sama sekali ketika di tap yang seharusnya ketika di tap akan memunculkan versi MIUI device kita dan akan mengecek ada update terbaru atau tidak. Yang kedua, ketika login ke akun Google, saya menerima email pemberitahuan bahwa saya login akun Google di perangkat baru dan ternyata perangkat baru saya dikenali sebagai Xiaomi Mi Mix 2S. Yang ketiga, saya beberapa kali menemukan peringatan "Android process stopping" dan sejenisnya. Saran saya sih lebih baik di flash ke ROM yang original, tapi untuk informasi, saat ini ROM untuk Mi Pad 4 hanya ada yang versi China, belum ada yang versi globalnya karena memang sampai saat ini Mi Pad 4 belum atau tidak dirilis secara global. Bagaimana cara flash ROM China-nya? Yuk kita lanjut. Tapi sebelum lanjut, langkah-langkah di bawah ini adalah langkah-langkah yang saya praktekkan saat flash Mi Pad 4 saya, jadi sebelumnya, yakinkan dulu diri anda dan selalu ingat DWYOR (Do With Your Own Risk).

Sebelum kita melakukan ritual flash, ada beberapa file yang perlu kita siapkan, yaitu:
  1. ROM China untuk Mi Pad 4, ROMnya yang fastboot ya,
  2. Mi Flash Tool untuk flash ROM nya ke Mi Pad 4,
  3. Google Installer untuk mengaktifkan Google Services ke ROM Chinanya nanti.

Link Download file yang dibutuhkan:
1. ROM China MIUI 10 v10.2.1.0 [link thread] - sebisa mungkin di translate ya websitenya, kecuali sudah ahli bahasa china. Pilih ROM untuk Mi Pad 4, mau yang stable atau developer terserah, tapi kalo saya pakai yang stable.
ROM untuk Mi Pad 4
2. Mi Flash Tool [link thread] - ini Mi Flash Tool yang saya gunakan (harus login dulu sepertinya untuk download). Kalau mau yang terbaru mungkin bisa download [di sini], link-nya sama dengan link ROM, cari di bagian atas.
MiFlash Download
3. Google Installer [link thread]
Google Installer Download
Kalau sudah download semua file yang dibutuhkan, kita lanjut ke langkah berikutnya, tahap pertama yaitu Flash ROM:


1. Extract file ROM China yang kita download tadi. Extract-nya dua kali ya sampai kita dapat folder yang berisi file-file bahan flash seperti di bawah ini. Saran saya sih gunakan aplikasi 7-zip buat ekstraknya.
folder ROM China

2. Install Mi Flash Tool ke PC/Notebook kita sebagaimana kita install aplikasi *.exe seperti biasa. Setelah Mi Flash Tool terinstall, aplikasi tersebut akan bernama "XiaomiFlash" di PC/Notebook kita (setidaknya di tempat saya), buka aplikasi XiaomiFlash tersebut, biarkan terlebih dahulu.

XiaomiFlash



3. Selanjutnya masuk terlebih dahulu ke folder ROM yang kita extract tadi dan copy alamat folder dengan cara klik kanan di address bar dan pilih "copy address as text".

Copy Adress
4. Kita balik lagi ke aplikasi XiaomiFlash dan paste alamat ROM yang kita copy tadi ke address bar di samping tombol "select".
Paste address
5. Sekarang kita ke Mi Pad 4 nya, pastikan Mi Pad 4 kita sudah unlocked bootloadernya, bisa kita lihat ketika kita menghidupkan Mi Pad 4 kita, akan muncul tulisan "unlocked" di bagian bawah layar saat booting.
Unlocked
6. Kalau sudah pasti, matikan lagi Mi Pad 4-nya dan selanjutnya tekan tombol "Volume Down + Power" secara bersamaan sampai muncul Fastboot Mode di layar.
Fastboot
7. Setelah masuk Fastboot Mode, sambungkan Mi Pad 4 dengan PC/Notebook (saya baca-baca, kalau bisa pake port USB 2.0).

8. Setelah tersambung biasanya Windows akan melakukan install driver terlebih dahulu secara otomatis.

9. Setelah driver terinstall, kembali lagi ke aplikasi Xiaomi Flash dan klik menu "refresh". Kalau prosesnya benar, maka Mi Pad 4 akan dikenali dan muncul seperti gambar di bawah ini. Sebelum klik "flash" pastikan pilihan dipojok kanan bawah adalah "clean all", jangan "clean all and lock" kecuali kalo emang bootloadernya mau dilock lagi.
Detect Mi Pad 4
10. Selanjutnya tinggal klik menu "flash" dan tunggu prosesnya sampai selesai dan informasi status di aplikasi XiaomiFlash berubah menjadi "flash done". 

flash done

11. Selesai, tinggal cabut kabel selanjutnya hidupkan Mi Pad 4 anda dan nikmati ROM original untuk Mi Pad 4 anda. 


Catatan :
Apabila sebelum flash ke ROM China kita sudah pernah login ke akun Mi di Mi Pad 4, pas pertama kali dihidupin akan muncul peringatan yang sepertinya meminta kita untuk login ke akun Mi yang sebelumnya kita pernah login (gak mudeng, bahasa china soalnya) nanti tinggal pilih aja yg ada kata-kata wifi (saya agak lupa seperti apa, soalnya gak sempet screenshot atau ngerekam). Tinggal sambungkan ke Wifi dan login ke akun Mi kita.

Eits, tapi belum selesai. Karena yang kita install adalah ROM China, jadi tidak ada Google Services di dalamnya. Kita ke tahap selanjutnya, yaitu install Google Services:
  1. Copy file APK Google Installer yang kita download tadi ke Mi Pad 4 (extract terlebih dahulu apabila file yang kita download masih format zip)
  2. Install Google Installer ke Mi Pad 4, untuk pertama kali biasanya akan muncul request permission untuk install aplikasi dari luar, tinggal klik setting dan berikan permission saja.
  3. Setelah install, buka aplikasi Google Installer dan tap lingkaran berwarna biru yang muncul di bagian tengah bawah layar.
  4. Tinggal tunggu dan ikuti saja prosesnya sampai selesai (dalam prosesnya nanti akan muncul perintah untuk install aplikasi-aplikasi Google, tinggal install aja dan tap "done" kalau sudah selesai install satu aplikasi)
  5. Setelah selesai, kita tinggal login ke akun Google kita dan kita bisa menikmati Google Services di Mi Pad 4 kita.
Semua proses sudah selesai dan kita bisa menikmati Mi Pad 4 dengan ROM original dan Google Services. Untuk finishing tinggal kita uninstall saja aplikasi-aplikasi berbahasa China yang tidak kita butuhkan, tapi kalau butuh ya dibiarkan saja tidak apa-apa.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ketika sebuah smartphone di luncurkan, sebagian besar orang pasti akan excited dan seolah-olah ingin memiliki smartphone tersebut, terlebih lagi kalau smartphone yang diluncurkan tersebut memiliki spesifikasi yang bagus dengan harga yang sangat "value deal". Begitu pun dengan saya, tak jarang juga saya tergoda ketika ada smartphone yang baru diluncurkan dengan spesifikasi yang bagus. Namun biasanya keinginan itu akan dengan cepat menghilang ketika tahu ukuran layar atau smartphone-nya. Ya, itulah saya. Ukuran sebuah smartphone menjadi hal penting buat saya, bahkan mungkin lebih penting dari spesifikasi itu sendiri. 

Dari zaman pertama kali saya mengenal smartphone sampai dengan sebelum munculnya smartphone dengan rasio layar 18:9 serta kawan-kawannya, ukuran smartphone paling besar yang pernah saya jadikan daily driver adalah Nexus 5X dengan layar 5,2 inch. Mungkin ada yang bilang, "kalau sudah pakai (smartphone dengan ukuran besar) nanti juga akan terbiasa kok". Well, mungkin bisa benar dan bisa juga salah. Pertama kali menggunakan smartphone, waktu itu saya pakai Galaxy 5 yang ukuran layarnya 2,8 inch. Setelah itu, mulai muncul smartphone dengan ukuran layar 3 inch, 4 inch, 4.5 inch, dan 5 inch. Ketika muncul smartphone dengan ukuran 4 inch, awalnya saya kira itu sudah terlalu besar, sampai akhirnya saya coba dan mulai terbiasa. Begitu pula ketika dari 4 inch ke 4.5 inch dan dari 4.5 inch ke 5 inch. 

Ketika muncul smartphone dengan layar 5.5 inch, saya pun juga mencobanya. Kalau tidak salah ingat, smartphone yang saya coba waktu itu adalah Xiaomi Redmi Note dan setelah saya mencobanya saya rasa sudah mencapai batasnya. Saya merasa smartphone dengan ukuran layar 5 inch adalah yang paling ideal buat saya. Mungkin ada beberapa hal yang membuat saya merasa smartphone dengan ukuran layar 5.5 inch itu terlalu besar. Pertama, tangan saya tergolong cukup kecil dan saya lebih suka menggunakan smartphone dengan satu tangan sehingga smartphone dengan layar 5.5 inch terlalu besar buat saya. Kedua, ketika bepergian, saya jarang bawa tas dan lebih suka mengantongi smartphone dan saya merasa smartphone dengan layar 5 inch lebih pas buat masuk kantong saya. Kalo smartphone dengan layar 5.5 inch ketika dikantongi, apalagi di kantong celana model jeans atau chino, istilah jawanya jadi "njebubug ndek sak". 

Sejak saat itulah saya selalu mencari smartphone dengan ukuran layar 5 inch, atau range yang masih saya terima, yaitu 5.1 atau 5.2 inch. Namun sejak itu pula vendor-vendor mulai jarang meluncurkan smartphone ukuran compact dengan spesifikasi yang menggoda dan harga yang bersahabat dengan kemampuan dompet saya kala itu. Di smartphone-smartphone kelas menengah ke bawah, layar 5.5 inch sepertinya menjadi standar baru waktu itu, beberapa vendor ada sih yang masih mengeluarkan smartphone dengan ukuran layar di bawah 5 inch, namun dengan spesifikasi yang disunat dan menjadi tidak menarik lagi. 

Setelah itu muncullah tren baru di dunia smartphone, layar ber "notch" dan rasio layar 18:9 beserta sekutunya. Tren baru tersebut sedikit mengubah preferensi saya terhadap ukuran layar yang bisa saya terima, namun tidak dengan ukuran smartphonenya. Di tren yang baru ini ukuran layar yang masih acceptable buat saya itu ada di kisaran 5.6 sampai 5.8 inch, yang ukuran smartphonenya hampir mirip dengan smartphone dengan layar 5.1 sampai 5.2 inch di rasio layar 16:9. Maka dari itu saya biasanya gak terlalu excited ketika vendor-vendor meluncurkan smartphone akhir-akhir ini. Karena vendor-vendor smartphone tetap jarang mengeluarkan smartphone dengan spesifikasi yang menggoda di ukuran layar 5.6 sampai 5.8 inch, kebanyakan pasti di atas 6 inch dan memang sepertinya demandnya juga lebih tinggi sih untuk saat ini. 

Dan ngomong-ngomong smartphone yang saya pakai, smartphone yang menurut saya cukup memenuhi ekspektasi saya adalah Nokia 6.1 Plus. Layar 5.8 inch, body compact, Android One, Snapdragon 636 yang masih oke di 2019 ini, harganya juga gak terlalu mahal, pas banget lah pokoknya. Tapi sayangnya, daily driver saya sebelum Nokia 6.1 Plus adalah Oneplus 6 (Lah, kok Oneplus 6? Bukannya itu layarnya 6.28 inch?). Mengapa Oneplus 6, yang notabene punya layar 6.28 inch, sebenarnya ada alasan yang membuat saya "terpaksa" memakai Oneplus 6 sebagai daily driver. Entah bug atau saya apes mendapatkan unit yang punya kelainan hardware, jadi Oneplus 6 saya punya dua masalah sebenarnya tidak sering muncul namun cukup mengganggu kalau muncul. Masalahnya apa, saya akan coba jelaskan di postingan terpisah. Jadi, intinya mau nggak mau saya harus pakai Oneplus 6 ini karena kalau saya jual, saya kasihan saja sama yang beli nanti. Sebenarnya toko tempat saya beli bisa bantu klaim garansi gratis, tapi katanya butuh waktu paling cepat 3 bulan, jadi itu akan jadi opsi terakhir nanti kalau memang masalahnya sudah benar-benar serius. 

Nah, karena sebelumnya pakai Oneplus 6, waktu pakai Nokia 6.1 Plus kok jadi kayak gimana gitu. Kerasa banget bedanya, khususnya dari sisi performa. Buka tutup aplikasi, transisi antar menu sampai performa saat gaming jadi kerasa banget penurunannya. 

Dan pas launching Samsung Galaxy S10 kemarin, ada Galaxy S10e yang cukup menggoda. Performa sama dengan saudara-saudaranya tapi dengan ukuran layar 5.8 inch. Perbedaan yang cukup terlihat dari saudaranya mungkin hanya di sektor kamera dan baterai, dan itu bukan deal breaker buat saya. Terlebih lagi ukuran panjangnya lebih kecil 5 mm dari Nokia 6.1 Plus. Perbedaan ukuran 5 sampai 10 mm di tabel spesifikasi ini awalnya saya rasa gak terlalu signifikan, tapi pas pemakaian ternyata perbedaan tersebut cukup berpengaruh pada kenyamanan dalam penggunaan sehari-hari berdasarkan pengalaman saya mencoba beberapa smartphone. So, I'm excited dan gak sabar nunggu si Galaxy S10e ini datang ke rumah (Alhamdulillah, sekarang ada lah rezeki kalo ingin mencicipi flagship). Apalagi dapet cashback satu juta plus bonus Galaxy Buds yang kemungkinan besar akan saya jual lagi, hehe. Semoga saja saya juga bisa membagikan pengalaman saya menggunakan Samsung Galaxy S10e nantinya. Apakah akan sesuai ekspektasi saya dan mengakhiri pencarian saya selama ini? Kita akan lihat nanti.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Gadget Enthusiast yang selalu senang mencoba hal-hal baru yang berbau teknologi dan selalu ingin sharing pengalaman mencoba hal-hal baru tersebut, namun ada sedikit kendala yang menghambatnya, yaitu MALAS :D

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Popular Posts

  • Pengalaman Membeli HP dari Luar Negeri (Aliexpress) – Part 2 (Update 2019)
  • Pengalaman Membeli HP dari Luar Negeri (Aliexpress) – Part 1
  • [Review] Meizu M3S : Kolaborasi Yang Pas

Categories

  • Article (1)
  • News (2)
  • Review (6)
  • Tips (7)

Blog Archive

  • April 2019 (1)
  • March 2019 (3)
  • February 2017 (1)
  • December 2016 (1)
  • November 2016 (2)
  • October 2016 (1)
  • August 2016 (8)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates | Used by TeknoDAB